Welcome

Welcome

Rabu, 09 Mei 2012

Artikel Kesehatan


Rokok, Bagai Buah Simalakama, Benarkah?
Oleh: Annatasia Puji Winata*

Siapa yang tidak kenal dengan rokok bahkan dampak-dampak dari menghisap rokok –aktif maupun pasif - sudah sering berseliweran ditelinga. Poster-poster, ajakan untuk berhenti merokok dan penyuluhan telah gencar dilakukan dari dulu untuk menekan penggunaan rokok, apalagi untuk usia dini namun membuahkan hasil yang tidak begitu menggembirakan. Bahkan ada peringatan akan bahaya rokok jelas terpampang di bungkus dan di iklan rokok, yang kenyataannya hal tersebut tidak mengubris secara massal.
Tidak banyak yang dapat melepaskan diri dari ketergantungan merokok, bahkan dapat kita rasa sendiri kasus merokok usia dini mengalami peningkatan. Tidak heran jika anak – anak ada yang merokok jika lingkungan mereka begitu kondusif untuk mereka memulai suatu kegiatan yang sangat merugikan tersebut. Ironis memang bahwa sesungguhnya dalam menciptakan gaya hidupnya, tiap masyarakat juga telah menciptakan cara kematiaannya. Apa mau dikata, berbagai upaya telah dilakukaan untuk menagani kasus rokok dan bahayanya namun saja tidak ada penyelesaian baik yang telah diputuskan. Tidak hanya masyarakat, pemerintah harus lebih tegas dan bijaksana menenggapi kasus ini. Pro dan kontra tak habis–habisnya menjadi perbincangan setiap kali membahas mengenai rokok.
Kontribusi industri rokok terhadap perekonomian nasional sering dipakai sebagai argumen untuk tidak melarang penjualan dan peredaran rokok di Indonesia. Akan tetapi, sesungguhnya sumbangan industri rokok terhadap perekonomian Indonesia itu tidak sebesar yang didengungkan. Sebagai contoh, masalah cukai, menurut peneliti dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, cukai rokok sebetulnya bukan perusahaan rokok yang membayar, melainkan pembeli atau perokok. Artinya. pembayaran cukai itu dibebankan kepada konsumen, sehingga para perokoklah yang memberi sumbangan terhadap penerimaan negara. Penerimaan negara dari cukai ini, ia menghitung sekitar Rp 56 triliun. Namun, jumlah tersebut hanya 5-7% dari seluruh penerimaan negara yang tahun 2010 berjumlah lebih dari Rp 1.000 triliun.
Sekarang coba kita ulas kontribusi rokok terhadap kesehatan. Karbon monoksida yang dihasilkan merupakan racun yang mengusir Oksigen dari ikatannya dengan haemoglobin dalam butir darah merah . Ikatan CO dengan Hb (COHb) akan membuat Hb tidak bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi Hb sebagai pengangkut oksigen berkurang fungsinya dan hal ini menyebabkan kerja jantung semakin berat. Nikotin sebagai zat yang paling banyak dikaitkan dengan ketagihan pada rokok diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian ke jalur adrenergik sehingga membuat perokok akan merasa lebih tenang, nikmat, memacu sistem dopaminergik, dan merasa daya pikir lebih cemerlang. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian yang mengeluarkan neurotransmiter serotonin. Meningkatnya serotonin inilah yang menyebabkan timbulnya rangsangan rasa senang untuk mencari rokok lagi. Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan padat lainnya.
Rokok juga menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit mulai dari keriput dini, nafas tidak sedap, bibir menghitam, TBC, dan masih banyak lagi termasuk kanker. Penelitian WHO ini mengisyaratkan bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dan bertanggung jawab atas 18,7% kematian akibat kanker. Sekitar 80 persen insiden kanker paru terkait dengan persoalan merokok. Menurut Dr. Elisna Syahruddin, Sp.P, Ph.D, di RS Persahabatan, Jakarta Timur, banyak orang tidak tahu bahwa efek negatif rokok tak hanya dari nikotin. Dimulai dari asap yang membuat iritasi di saluran napas yang dapat mengakibatkan gangguan pada mekanisme pertahanan paru sampai efek negatif lebih dari 45 bahan yang bersifat karsinogen (pemicu kanker). Prof. DR. Dr. Dede Kusmana, Sp.Jp, FACC, menyebutkan bahwa asap rokok merusak dinding pembuluh darah. Nikotin asap rokok akan merangsang hormon adrenalin. Akbatnya, metabolisme lemak akan berubah dan menyebabkan kadar HDL atau kolesterol baik menurun.
Hal di atas efek bagi perokok aktif, sedangkan bagi mereka perokok pasif – yaitu orang yang terhirup asap rokok dari orang lain – yaitu meningkatkan resiko kanker paru-paru dan penyakit jantung, masalah pernafasan termasuk radang paru-paru dan bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin dan batuk-batuk, sakit kerongkong, sakit kepala dan masih banyak lagi
Sehingga tidak salah bila rokok menyandang predikat mesin pencetak penyakit dan pabrik asap bila dilihat dari hasil penelitian–penelitian yang pernah dilakukan. Kita semua bisa menilai sendiri kerugian yang didapat jauh lebih besar, sedangkan tidak ada manfaatnya bagi perokok. Masih perlukah berpikir dua kali untuk meninggalkan rokok? Atau masihkah menganggap rokok bagai buah simalakama?

*Mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin





1 komentar:

Print out

Translet

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified